Putri Jenderal Ahmad Yani Ingat Jasa Polisi Sukitman dan KKO Saat G30S :
Amelia Yani, putri ketiga Jenderal Anumerta Ahmad Yani, pernah mengenang dengan penuh hormat jasa Sukitman, seorang polisi muda, dan pasukan KKO Marinir dalam peristiwa G30S 1965. Baginya, bila film Pengkhianatan G30S/PKI suatu hari dibuat ulang, maka peran penting mereka perlu dimasukkan agar generasi muda tahu siapa saja sosok yang berjasa di balik terbongkarnya tragedi kelam itu.
Sukitman menjadi Saksi hidup yang selamat dari penculikan dini hari 1 Oktober 1965. Saat itu ia sedang berpatroli di Jakarta Selatan, namun ditangkap oleh kelompok yang kemudian membawa ke Lubang Buaya. Dari balik keterhimpitan dan ketakutan, Sukitman mendengar tembakan rentetan dan sorak sorai para algojo. Berpura-pura mati, ia berhasil lolos, lalu melapor ke Kodam Jaya. Kesaksiannya inilah yang mengarahkan pasukan ke lokasi penguburan para jenderal.
Amelia menegaskan, penemuan sumur maut di Lubang Buaya pada 3 Oktober menjelang Magrib bukan sekedar keberuntungan, melainkan mukjizat. Dari situlah kemudian diketahui tempat tujuh Pahlawan Revolusi dikuburkan secara kejam.
Selain Sukitman, Amelia juga ikut mengingat jasa besar Walikota Subardi, ajudan Jenderal Ahmad Yani, yang dalam pencarian. Dan tak kalah penting, ia menyoroti peran pasukan KKO Marinir. Pada malam 3 Oktober 1965, pasukan ini berlatih keras bagaimana cara mengangkat jenazah dari sumur sempit berdiameter hanya 50 cm dengan kedalaman 12 meter. Tugas itu bukan hal yang mudah, namun berhasil dilakukan dengan keberanian dan pengorbanan.
Amelia menambahkan, catatan-catatan pribadi ayahnya, Jenderal Ahmad Yani, yang masih tersimpan, juga bisa dijadikan sumber autentik bila film baru dibuat. Catatan itu menggambarkan kondisi genting sebelum tragedi pecah.
Bagi Amelia, pesan terpenting adalah agar generasi muda tidak melupakan sejarah kelam itu. Bahwa bangsa ini pernah berada di ambang perpecahan akibat kudeta berdarah.
(***)