Guru Dihujat Karena Menegakkan Aturan, Padahal Hanya Ingin Mengajarkan Tanggung Jawab

Menjadi guru di masa kini tak hanya tentang menyampaikan ilmu, tapi juga bertahan dari salah paham.
Saat guru menegur murid yang melanggar aturan, niatnya bukan untuk mempermalukan, melainkan untuk memaksakan batas dan tanggung jawab. Namun di mata sebagian orang tua, teguran itu dianggap sebagai pelanggaran, dan hukuman dianggap sebagai kekerasan.
Padahal, aturan diciptakan bukan untuk menekan, tetapi untuk membentuk karakter. Jika anak dibiarkan begitu saja tanpa konsekuensi, bagaimana ia belajar menghargai disiplin dan kejujuran? Guru yang menegur bukan karena benci, melainkan karena peduli — karena tahu bahwa dunia luar tak selalu memberi kesempatan kedua.
Ironisnya, di zaman modern ini, guru sering menjadi kambing katanya hitam dari setiap masalah. Saat anak gagal, guru disalahkan. Saat anak dihukum, guru dilaporkan. Padahal di balik setiap keputusan, ada hati yang ingin melihat anak-anak tumbuh menjadi manusia yang bertanggung jawab.
Menegakkan kekuasaan bukan berarti kejam. Justru di situlah cinta seorang guru diuji — cinta yang berani tegas demi kebaikan masa depan anak didiknya.
(***)