TRAGEDI KANIGORO, KETIKA MUSHAF DIINJAK DAN IMAN DIUJI OLEH KEBIAD4BAN PKI
KEDIRI, 14 Januari 1965 - Fajar 13 Januari 1965 akan selamanya terukir sebagai salah satu subuh terkelam dalam sejarah pergeseran ideologi bangsa. Di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kediri, ketenangan Pondok Pesantren Al-Jauhari tiba-tiba terkoyak oleh teriakan beringas dan suara ledakan.
Peristiwa Kanigoro bukan sekedar kejadian politik biasa; ia adalah penyerangan emosional terhadap lambang kesucian iman. Sekitar 127 peserta dan 36 panitia Pelajar Islam Indonesia (PII) Jawa Timur yang tengah mengikuti pelatihan mental (Mentra) dan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, menjadi korban penyerbuan masif oleh massa yang terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yakni Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Pemuda Rakyat (PR).
Subuh yang Menghancurkan Khusyuk
Penyerbuan brutal ini terjadi sekitar pukul 04.30 WIB, tepat saat para santri dan pelajar PII sedang menunaikan salat Subuh. Saksi mata, termasuk panitia PII Anis Abiyoso dan Masdoeqi Moeslim, mengenang detik-detik mengerikan itu dengan getir:
Invasi Kesucian: Ribuan massa, beberapa membawa senjata tajam dan mengenakan pakaian luluh, menyerbu Masjid At-Taqwa. Mereka masuk tanpa melepas alas kaki—sebuah tindakan yang sangat menyinggung perasaan umat Islam—dan memaksa para peserta salat untuk bangun.
Pelecehan Mushaf Al-Qur'an: Puncak dari rasa sakit hati dan kemarahan emosional adalah ketika penyerbu mengambil kitab suci Al-Qur'an, merobek, membanting, dan bahkan menginjak-injaknya di lantai masjid. Aksi ini dirasakan sebagai pemahaman langsung terhadap agama, jauh melampaui konteks politik atau agraria.
Pengarakan Memalukan: Dengan jumlah yang kalah jauh, panitia PII tak mampu melawan. Para pengurus pesantren KH. Jauhari, panitia, dan seluruh peserta, kemudian diikat dan diarak sejauh 7 kilometer menuju Kantor Polisi Sektor Kras. Mereka dipermalukan di hadapan ribuan orang di sepanjang jalan, sebuah tontonan yang menunjukkan betapa panasnya mencetak ideologi pada masa itu.
Peristiwa ini dipicu oleh ketegangan tinggi antara kelompok Islam (khususnya PII yang berada di bawah Masyumi) dan PKI, ditambah rencana PII menghadirkan tokoh Masyumi, M. Samelan, yang ditentang oleh Komandan Kodim Kediri. Namun, bagi para korban, pemicu utamanya adalah memikirkan nilai-nilai agama mereka.
Kobaran Api Perlawanan
Kabar penyerbuan yang menginjak-injak kehormatan agama ini segera menyebar seperti api. Di Kediri, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU segera siaga di bawah komando Gus Maksum (putra KH. Jauhari). Peristiwa Kanigoro telah membangkitkan solidaritas dan kemarahan umat Islam, mengubah Kanigoro dari sekadar desa di Kediri menjadi simbol perlawanan terhadap ideologi ateisme dan teror.
Meski kasus Kanigoro dianggap selesai oleh polisi pada Februari 1965 setelah penangkapan beberapa tokoh dari kedua belah pihak, luka batin para aktivis Islam tak pernah terhapus. Peristiwa Kanigoro dianggap sebagai prolog dan test case dari kekuatan massa komunis sebelum pecahnya Tragedi Nasional G30S pada bulan September di tahun yang sama.
Tragedi di Kanigoro menjadi titik didih yang mengukuhkan tekad kelompok Islam untuk bersatu dan berjuang, menyadari bahwa kesenjangan antara mereka dan ideologi komunis tidak mungkin bersatu, demi mempertahankan keimanan dan pelestarian moral bangsa.
Sumber-Sumber Terpercaya:
Tirto.id: Peristiwa Kanigoro: Teror PKI hingga Aktivis Islam
Kompas.com/Tempo.co: Peristiwa Kanigoro, Teror Massa PKI di Ponpes Al-Jauhari Kediri Subuh Hari Itu
Intisari Online: Peristiwa Kanigoro 1965, Ketika Ratusan Pemuda Muslim Diserbu Ribuan Pemuda Komunis Pada Subuh Pagi Buta
Wikipedia: Peristiwa Kanigoro
Video Misteri Peristiwa Kanigoro Tahun 1965 ini mengisahkan secara singkat tragedi penangkapan peserta pelatihan PII di Kediri yang memicu ketegangan ideologi.
#harisantrinasional
#harisantri
(***)