KERAJAAN HUAMUAL
Kerajaan Huamual adalah kerajaan Islam yang ada di Maluku tepatnya di pulau seram bagian Barat, Kerajaan ini terkenal karena perlawanan terhadap Belanda hingga kebudayaan dan masyarakatnya.
(ASAL USUL LOKASI)
- Pendirian : Kerajaan Huamual berdiri pada tahun 1256.
- Wilayah Kekuasaan: Wilayah kekuasaannya membentang dari ujung selatan Seram Barat (Tanjung Sial) hingga utara (tanah genting Kota Nia), termasuk Pulau Buano, Kelang, dan Pulau Manipa.
- Ibu Kota: Ibu kota Kerajaan Huamual adalah Luhu.
(PERANG HUAMUAL)
- Durasi: Perang Huamual berlangsung selama 50 tahun, dari 1602 hingga 1651.
- Pihak yang Terlibat: Masyarakat Huamual melawan Portugis dan VOC (Belanda).
- Akibat: Perang ini menghancurkan 98 negeri, hanya menyisakan Negeri Luhu.
(NEGERI LUHU SEBAGAI PEWARIS)
- Bahasa Adat: Bahasa Huamual menjadi bahasa adat Luhu dan digunakan dalam upacara adat, seperti pelantikan raja atau upu latu.
- Peran Luhu: Sebelum kedatangan bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda, Negeri Luhu berada di Kerajaan Huamual dengan 99 negeri di semenanjung Jazirah Huamual.
Kerajaan Huamual memiliki peran penting dalam sejarah Maluku, terutama dalam perlawanan terhadap penjajah. Perang Huamual menjadi bukti ketangguhan masyarakat dalam mempertahankan wilayah dan budaya mereka meskipun mereka telah dijebak oleh Belanda tetapi kebudayaan dan peninggalan mereka masih di lestarikan.
(PENINGGALAN HUAMUAL)
Peninggalan utama:
- Benteng Fort Overburg: Dibangun untuk melindungi perdagangan cengkeh, benteng ini adalah bagian penting dari sejarah perlawanan terhadap VOC dalam Perang Huamual.
- Situs arkeologi di Luhu: Benteng Puing-puing ini masih ada, sebagian besar dindingnya hancur karena kebakaran tahun 1897 dan sebagian bahan bangunan digunakan untuk membangun kembali desa.
- Benteng perlindungan rakyat: Ada bukti adanya benteng pertahanan rakyat di Pulau Buano dan Manipa yang dipasang untuk melindungi pemukiman dari serangan VOC, meskipun bukti arkeologisnya terbatas.
- Situs Lokki: Penelusuran arkeologi di sektor Hena Loi dan Benteng Gimelaha Madjira menunjukkan bukti faktual yang mendukung rekonstruksi spasial benteng-benteng kuno seperti yang terlihat pada lukisan VOC tahun 1652.
- Batu-batuan: Beberapa artefak batu seperti "batu guntur" atau "biji guntur" dan "batu pamali" masih dilestarikan oleh masyarakat setempat dan memiliki akar dari kebudayaan lokal.
- Peralatan perunggu: Peninggalan dari zaman perunggu, seperti nekara, kapak, dan topi, juga banyak ditemukan di wilayah Maluku dan disimpan oleh penduduk setempat sebagai benda pusaka, termasuk di daerah seperti Saparua, Ambon, dan Seram.
(***)