Samurai Jepang Memilih Gugur Demi Kedaulatan


Di antara para pejuang kemerdekaan Indonesia, ada satu kisah luar biasa tentang Totalitas perjuangan seorang prajurit Jepang bernama Masahiro Aoki. 

Sekaligus Pengkhianatan Saudara Sebanga sendiri demi penjajah..


Setelah Jepang menyerah, ia menolak kembali ke negaranya, mengambil nama Islam Abubakar, dan mengabdikan sisa hidupnya untuk rakyat Indonesia, bergabung bersama laskar "Pangeran Papak" di daerah Wanaraja, Garut - Jawa Barat. 

Ia bukan hanya berjuang, tetapi menjadi salah satu pahlawan sabotase yang paling ditakuti Belanda di wilayah Priangan.


Mengapa ia meninggalkan tanah airnya, dan bagaimana keputusannya untuk bertempur hingga mati menjadi persahabatan sejati di tengah peperangan?


Perjuangan Heroik, Masahiro Aoki (Abubakar), Ahli Strategi di Garut

Masahiro Aoki (lahir sekitar tahun 1919 -1920) adalah seorang perwira atau prajurit teknis Jepang yang bertugas di Indonesia. 

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia memilih bergabung dengan laskar rakyat Indonesia.


I. Pilihan dan Identitas Baru

Pilihan Membela RI, Bersama beberapa rekannya dari Jepang dan Korea (termasuk Yang Chil Sung/Komarudin dan Hasegawa/Usman), Aoki memutuskan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.


Masuk Islam: 

Ia menganut agama Islam dan dikenal dengan nama Abubakar. 

Ia berjuang di bawah komando Walikota Jenderal Djatikusumo di Divisi Siliwangi dan aktif di wilayah Garut, Jawa Barat.


Keahlian Krusial, Aoki dikenal memiliki keahlian dalam teknik militer, logistik, dan strategi peperangan. 

Keahliannya sangat membantu laskar rakyat yang minim pengalaman dan persenjataan.


II. Trio Sabotase yang Menggemparkan (Operasi di Garut)


Tim Inti: 

Abubakar (Aoki) menjadi bagian dari trio andalan dalam aksi sabotase bersama Komarudin (Yang Chil Sung dari Korea) dan Usman (Hasegawa dari Jepang).


Aksi Heroik Penghancuran Jembatan, Salah satu aksi paling terkenal yang ia rancang dan lakukan adalah berkumpul Jembatan Cimanuk di Wanaraja, Garut, pada tahun 1947–1948. 

Aksi ini sangat penting karena berhasil mematikan jalur suplai dan pergerakan pasukan Belanda yang ingin menguasai Garut.


Memutus Logistik, Abubakar menggunakan keahliannya untuk merencanakan peledakan secara presisi, menimbulkan kerugian besar pada infrastruktur Belanda dan menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih mampu melawan.


AKU AKU AKU. Akhir Perjuangan yang Terhormat

Penangkapan dan Pengkhianatan:


Pada tahun 1948, setelah Agresi Militer Belanda II, Abubakar ditangkap oleh Belanda di sekitar perbatasan Garut - Tasikmalaya, bersama Komarudin dan Usman, akibat pengasingan.


Vonis Mati: 

Ketiganya, bersama seorang perwira Indonesia, Letnan Djoehana, diadili di pengadilan militer Belanda di Bandung dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1949.


Gugur sebagai Pahlawan, Abubakar (Masahiro Aoki) mengeksekusi mati di lapangan Kebun Bunga (Kerkhoff), Garut, pada tanggal 21 Mei 1949. 

Seperti Komarudin, ia menolak kesempatan untuk diampuni dengan syarat kembali ke Jepang. 

Ia memilih gugur di tanah yang ia cintai.


Masahiro Aoki dimakamkan sebagai pahlawan di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut. 

Kisahnya adalah warisan abadi tentang nasionalisme yang melampaui batas bangsa dan ras.


Sumber Informasi:


Detikcom: 

Kisah Masahiro Aoki, Prajurit Jepang yang Menjadi Pahlawan Indonesia di Garut (Menjelaskan nama lain, ahli strategi, dan penangkapan).


HistoriaID: 

Empat Gerilyawan Korea di Palagan Garut (Konteks tim sabotase bersama Komarudin dan Hasegawa).


KOMPAScom: 

Kisah Komarudin alias Yang Chil Seong, Pahlawan Garut Asal Korea yang Maju Lawan Penjajah (Menyebutkan Aoki sebagai rekan seperjuangan dalam aksi heroik).


kumparancom: 

Kisah Heroik Oppa Korea Yang Chil Seong, Rela Mati Membela Indonesia (Menyebut aksi peledakan jembatan dan eksekusi bersama).