KETIKA SBY MENOLAK MEMBUNUH TAWAANAN PERANG TIMOR-TIMUR



Pada tahun 1986 Walikota Inf Susilo Bambang Yudhoyono ikut terlibat dalam Operasi Seroja di Timor-Timur. SBY menjabat sebagai Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri 744/Satria Yudha Bhakti, yang kini dikenal sebagai Batalyon Infanteri (Yonif) Raider Khusus 744/Satya Yudha Bhakti (SYB).


Pada pertengahan tahun 1986, SBY memimpin pasukannya dalam pertempuran di wilayah Same dan Ailio. Dalam operasi ini, SBY membawa setengah kekuatan Yonif 744/SYB dan membagi pasukan menjadi dua kompi dan satu komando taktis. Ia membayangkan taktik pemberontakan, penyergapan, dan pengadangan untuk menghadapi musuh. “Kita bergerak dengan taktis lewat insurgensi, paduan gerakan pembersihan daerah, operasi penyergapan, dan operasi pengadangan,” ucap SBY saat memberi perintah kepada anak buahnya.


Pada pekan operasi ketiga, pasukan komando taktis Yonif 744/SYB terlibat baku tembak dengan anggota Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Timor-Leste (FALINTIL) di Bukit Turiskai. Pasukan FALINTIL pun tercerai-berai dalam hitungan menit. Pasukan SBY kemudian melakukan penyisiran dan menemukan seorang anggota FALINTIL dalam kondisi luka parah dengan perut robek dan usus terburai. 


Melihat kondisi tersebut, para prajurit Yonif 744/SYB yang sudah geram ingin mengeksekusi tawanan itu. Namun, Sersan Adolfo Tilman yang memimpin pasukan komando taktis lebih dulu meminta perintah dari SBY. 


Melalui sambungan telepon, Adolfo melaporkan kondisi tawanan dan meminta izin untuk menghabisi nyawanya. Namun, SBY tidak mengizinkan meski Adolfo terus mendesak. "Tidak, tawanan jangan dibunuh tapi harus diselamatkan. Coba periksa sakunya, siapa nama tawanan itu," kata SBY kepada Adolfo di sambungan telepon.


Setelah memeriksa saku sang tawanan, Adolfo menemukan kartu identitas dengan nama Julio Sarmento. Adolfo segera melaporkan temuan ini kepada SBY. “Commandante, nama tawanan itu Julio Sarmento,” ujar Adolfo. SBY pun menyelidiki lokasi pertempuran dan membawa seorang dokter untuk mengobati luka Sarmento. SBY memerintahkan prajuritnya untuk membawa Sarmento ke tempat yang lebih tinggi. Sempat tak digubris, SBY pun memberi instruksi dengan nada tinggi.


“Jangan bunuh, angkat ke atas. Ini perintah saya, angkat ke atas!” perintah SBY. Sarmento pun mendapatkan pertolongan, mulai dari dibawa ke pos perwakilan di Dili hingga diterbangkan ke Jakarta untuk dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Nyawa Sarmento berhasil diselamatkan. “Alhamdulillah nyawa Sarmento tertolong,” kata SBY.


Aksi penyelamatan ini sampai ke telinga sejumlah pejabat tinggi TNI. Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf Umum (Kasum) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Mayjen TNI Edi Sudrajat, bersama sejumlah Perwira Tinggi (Pati) TNI lainnya mendatangi Yonif 744/SYB. Bahkan, memberikan penghargaan kepada SBY dan prajuritnya atas tindakan mulia tersebut. 


Ternyata, perintah SBY untuk menyelamatkan nyawa tawanan adalah yang pertama kali di satuan Yonif 744/SYB. Hal ini diutarakan oleh Letkol Inf Zacky Anwar Makarim yang ikut serta dalam rombongan Edi ke Yonif 744/SYB. Jenderal, ini pertama kali ada tawanan 744 yang hidup.Kita mengucapkan selamat kepada komandan batalyon memulai tradisi baik seperti ini, ucap Zacky kepada Edi.


CC : Sejarah Cirebon