Budaya Hanta Ua Pua Agar Dapat Dilestarikan Hingga ke Generasi Seterusnya


Kegiatan Hanta Ua Pua (penyerahan sirih puan) yang didukung penuh oleh pemerintah Kabupaten Bima, Pemerintah Kota Bima dan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat  diharapkan akan menjadi acara tahunan yang bisa menghadirkan pengunjung untuk hadir ke Bima, melihat warisan seni dan budaya yang dimiliki oleh Kesultanan Bima”.


Upacara Puncak adat Hanta Ua Pua Minggu (29/10)/2023 yang digelar oleh Majelis Adat Kesultanan Bima di pelataran Utara Istana Kesultanan Bima.


Bupati Bima Hj. Dinda Damayanti Putri, SE, M. IP menyampaikan di hadapan Ketua Majelis adat Sara Dana Mbojo yang juga sebagai Bumi Partiga Hj. Ferra Amalia, SE.,MM, Jenateke Kesultanan Bima Muhammad Putera Ferryandi S.IP,.M.IP, Anggota DPR RI H. Muhammad Syafrudin ST, anggota DPRD Provinsi NTB dan anggota DPRD Kabupatem Bima, sesepuh dan tamu kehormatan Kesultanan serta para pejabat eselon II dan Eselon III OPD Lingkup Pemerintah Kabupaten Bima dan Kota Bima menjelaskan sejumlah tarian klasik seperti tari lenggo, tari Toja dan beberapa jenis tarian lain yang disaksikan dalam rangkaian acara merupakan warisan yang hari ini masih terpelihara untuk anak dan cucu". Ungkapnya.


Terkait penyelenggaraan kegiatan Bupati menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para camat yang sudah memberikan kontribusi terutama menghadirkan seluruh elemen untuk melihat dan menyaksikan secara langsung kegiatan Hanta Ua Pua. 


Begitu pula dengan anak-anak, para pelatih tari yang sudah bekerja keras dalam satu bulan terakhir mempersiapkan para penari. Insya Allah kita mencatatkan diri kita sebagai bagian dari sejarah penyelenggaraan Hanta Ua Pua". Imbuh Bupati. 


Sebelumnya, Ketua Majelis Adat Sara Dana Mbojo Hj. Ferra Amelia dalam pengantarnya mengemukakan, Upacara Hanta Ua Pua selain merupakan tonggak penting yang menandai masuknya Islam di wilayah kekuasaan Kesultanan Bima, juga membawa satu pesan penting dari masa lalu bahwa Pemimpin harus selalu berjuang membentuk sendi-sendi keislaman dan memaksakannya dalam situasi apapun. 


Oleh karena itulah, mewakili keluarga besar Kesultanan Bima, dirinya mengharapkan agar warisan luhur prosesi Hanta Ua Pua ini dapat terus dilestarikan sebagai wahana untuk menggerakkan semangat dan kecintaan akan nilai-nilai Luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tandasnya. 


Acara kemudian dilanjutkan dengan perjalanan rombongan Penghulu Melayu dan Uma lige (mahligai) menuju Istana Kesultanan Bima untuk menyerahkan kitab suci Al-Quran dan 99 bunga telur sebagai simbol penerimaan Islam di Tanah Bima.

(***)